Selasa, 28 April 2015

makalah sejarah indonesia kerajaan ternate


Makalah
Kerajaan ternate tidore


Di susun oleh :
Enggar Sih Mawarni (01)
Ines Agustiningtyas (14)
Irene Tengku Malinda (16)
Nanik Wiji Lestari (28)
Ova Sri Lestari (33)
X pm 2
SMK Negeri 1 Ngawi
Tahun Ajaran 2014/2015


Kata pengantar
            Puji syukur kami ucapkan  atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa kami dari kelompok 7 yang masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar tidak ada halangan apapun. Penyusunan buku ini adalah sebagai pengetahuan tentang Kerajaan Ternate Tidore yang berada di Maluku Utara.
            Suatu kebahagiaan buat kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan dapat menambanh pengetahuan buat kami untuk mendalami sejarah bangsa indonesia yang tercinta ini.
            Di sisi lain kami juga berfikir keras untuk menyelesaikan makalah ini dengan senang hati dan punuh dengan kesabaran kami kerjakan makalan ini dengan sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan kami bersama. Kami berharap dengan membuat makalah ini bisa bermanfaat untuk teman-teman kami untuk membantu dalam proses belajarnya dan agar dapat mengetahui sejarah-sejarah dari Kerajaan Ternate Tidore.





Ngawi, 30 maret 2015




Daftar isi
Halama judul.........................................................................................................................................01
Kata pengantar.....................................................................................................................................02
Daftar isi.................................................................................................................................................03
Pendahuluan :
a.       Latar belakang...............................................................................................................04
b.       Tujuan...............................................................................................................................04
Isi :
a.       Sejarah kerajaan ternate tidore.............................................................................05
b.       Letak kerajaan..............................................................................................................06
c.       Kehidupan politik.......................................................................................................07
d.       Kehidupan ekonomi...................................................................................................08
e.       Kehidupan sosial.........................................................................................................08
f.        Kehidupan budaya.....................................................................................................08
Bangunan kerajaan ternate tidore.............................................................................................09
Perkembangan dan kemunduran kerajaan ternate............................................................11
Perkembangn dan kemunduran kerajaan tidore.................................................................12
Penutup :
            Kesimpulan ........................................................................................................................13
Daftar pustaka..................................................................................................................................14




Pendahuluan
a.       Latar belakang
Makalah ini kami buat untuk memenuhi kegiatan pembelajaran sejarah indonesia. Kami mendapatkan bagian kelompok 7 yang bertemakan Kerajaan Ternate Tidore. Makalah ini di buat untuk membantu kelancaran dalam pembelajaran kurikulum 2013 untuk mempermudah para siswa-siswi untuk belajar. Dan makalah ini di buat untuk melatih para siswa untuk membuat suatu makalah yang sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
b.       Tujuan
1.      Menjalankan tugas sejarah indonesia
2.      Menambah pengetahuan tentang kerajaan Ternate Tidore di Maluku Utara
3.      Menambah nilai
4.      Mengetahui sejarah kerajaan
5.      Melatih kekompakan dalam suatu kelompok
















Isi
Kerajaan Ternate Tidore di Maluku Utara

A.  Sejarah kerajaan ternate tidore
Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan Pada abad ke-15,  para pedagang dan ulama dari Malaka dan jawa menyebarkan Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat  muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu,  Haruku, Makyan,  dan Halmahera Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku  Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah.
Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian.besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh. Kesultanan Ternate Kerajaan Ternat .mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah, sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan. Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang masing-masing menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu:
a.       Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan, Seram, Obi dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai aman keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina.

b.       Uli Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi Halmahera Jailalo sampai ke Papua Kerajaan Tidore mencapai jaman keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang adalah Kesultanan Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah bagia timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i,Siak Sri Indrapura yang didirikan oleh sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan Islam kecil lainnya di Indonesia.
B.   Letak Kerajaan
Secara geografis Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku. Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island". Rempah-rempah menjadi komoditi utama dalam dunia pelayaran perdagangan saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang ke daerah Timur bertujuan untuk menemukan sumber rempah-rempah. Oleh karena itu/ muncullah hasrat untuk menguasai rempah-rempah tersebut.Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.




C.  Kehidupan Politik
Di Kepulauan Maluku banyak terdapat kerajaan kecil, di antaranya Kerajaan Ternate sebagai pemimpin Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon.
Sementera itu, Kerajaan Tidore memimpin Uli Siwa, yang berarti persekutuan sembilan bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Makayan, Jahilolo atau Halmahera, dan pulau-pulau di antara daerah itu sampai dengan Irian Barat.
Ketika bangsa Portugis masuk ke Maluku, Portugis langsung memihak dan membantu Ternate pada tahun 1521. Hal ini dikarenakan Portugis mengira Ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol yang ketika datang di Maluku langsung membantu Tidore. Terjadilah perselisihan antara kedua bangsa kulit putih tersebut di daerah Maluku. Untuk menyelesaian perselisihan kedua bangsa itu, Paus turun tangan dan menen-tukan garis batas wilayah timur melalui Perjanjian Saragosa. Dalam Perjanjian Saragosa dinyatakan bahwa bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap menguasai daerah-daerah di Maluku. Sultan Hairun Untuk dapat memperkuat kedudukannya di Maluku, Portugis mendirikan benteng yang diberi nama Benteng Santo Paulo. Namun semakin lama tindakan Portugis semakin dibenci oleh rakyat dan bahkan oleh para pejabat Kerajaan Temate. Sultan Hairun, penguasa Ternate, semakin bertambah bend (anti) melihat tindakan-tindakan dan gerak-gerik bangsa Portugis. Oleh karena itu. Sultan Hairun secara terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa Portugis.
Sultan Baabullah Dengan kematian Sultan Hairun, rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan Baabullah (putra Sultan Hairun), bangkit menentang Portugis. Tahun 1575 M, Portugis dapat dikalahkan dan diberi kesempatan untuk meninggalkan benteng.
Pada tahun 1578 M, bangsa Portugis juga ingin mendirikan benteng di Ambon, tetapi tidak lama kemudian bangsa Portugis pindah ke daerah Timor Timur dan berkuasa di sana sampai tahun 1976. Sesudah tahun 1976 wilayah Timor Timur berintegrasi ke dalam wilayah Republik Indonesia hingga tahun 1999. Akan tetapi, setelah melalui jejak pendapat 1999, rakyat Timor-Timur memilih merdeka.





D.  Kehidupan Ekonomi
Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.
E.     KehidupanSosial
Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus Xaverius.Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa.
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat.
Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.
F.   KehidupanBudaya
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore.





Kerajaan Ternate
Pada abad ke-14 M di kawasan Maluku Utara telah berdiri empat kerajaan terkenal, yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan. Masing-masing kerajaan dikepalai oleh seorang kolano. Menurut cerita rakyat Maluku, keempat kerajaan tersebut berasal dari satu keturunan, yaitu Jafar Sadik. Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Ternate peranannya lebih menonjol karena penduduknya bertambah banyak dan berhasil mengembangkan perdagangan rempah-rempah. Rempah-rempah adalah tanaman yang memiliki zat yang dapat digunakan untuk member bau atau rasa khusus kepada makanan (menjadi bumbu masak) dan dimanfaatkan untuk pengobatan serta dapat juga menghangatkan tubuh. Contoh rempah-rempah, yaitu cengkih dan lada. Pada saat itu, rempah-rempah umumnya diperlukan bangsa-bangsa Eropa sehingga harganya cukup tinggi dan telah membuat makmur rakyat di Maluku.
Kemajuan Kesultanan Ternate ternyata membuat cemburu kerajaan-kerajaan lain di Maluku. Beberapa kali Ternate dan Tidore, Bacan, dan Jailolo terlibat dalam peperangan memperebutkan hegemoni rempah-rempah. Akan tetapi, mereka mampu mengakhirinya di dalam perundingan di Pulau Motir. Dalam Persetujuan Motir ditetapkan Ternate menjadi kerajaan pertama, Jailolo kedua, Tidore ketiga, dan Bacan yang keempat.




Pada pertengahan abad ke-15 M kegiatan perdagangan rempah-rempah di Maluku semakin bertambah ramai. Banyak sekali pedagang Jawa, Melayu, Arab, Cina dan India yang dating ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Sebaliknya, mereka membawa beras, tenunan, gading, perak, manic-manik, dan piring mangkuk berwarna biru buatan Cina. Bangsa-bangsa di Maluku amat membutuhkan barang tersebut, terutama beras karena areal Maluku lebih banyak digunakan untuk penanaman rempah-rempah daripada penanaman beras. Kerajaan-kerajaan di Maluku sangat akrab dalam menjalin hubungan ekonomi dengan para pedagang dari Jawa semenjak zaman Kerajaan Majapahit. Bandar-bandar seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban sering sekali dikunjungi para pedagang Maluku. Sebaliknya, pedagang-pedagang dari Jawa datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Hubungan kedua belah pihak ini sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran agama Islam ke Maluku.
Di dalam kitab Sejarah Ternate diterangkan bahwa Raja Ternate yang pertama kali menganut agama Islam adalah Zainal Abidin (1465-1486 M). Sultan Zainal Abidin semasa belum masuk Islam bernama Gapi Buta dan setelah meninggal beliau disebut Sultan Marhum. Raja Tidore yang pertama kali masuk Islam adalah Cirililiyah yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Jamaluddin.
Ketika Ternate di bawah kekuasaan Sultan Ben Acorala dan Tidore di bawah Sultan Almancor, keduanya berhasil mengangkat kerajaan menjadi negeri yang sangat makmur dan sangat kuat. Kedua bangsa ini memiliki ratusan  perahu kora-kora yang digunakan untuk berperang ataupun mengawasi lautan yang menjadi wilayah dagangnya.  Di ibukota Ternate, yaitu Sampalu banyak didirikan rumah-rumah di atas tiang yang tinggi-tinggi dan keratin yang dikelilingi pagar-pagar. Begitu juga kota di Tidore yang dikelilingi pagar tembok, parit, benteng, dan lubang perangkap sehingga sukar untuk ditembus musuh. Ternyata, kemajuan kedua kesultanan tersebut menjurus kepada perebutan pengaruh dan kekuasaan terhadap daerah di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam abad ke-17 M muncullah dua buah persekutuan yang terkenal dengan sebutan Uli Lima danUli Siwa. Persekutuan Uli Lima dipimpin oleh Ternate dengan anggota Ambon, Bacan, Obi, dan Seram. Persekutuan Uli Siwa dipimpin oleh Tidore dengan anggota yang mencakup Makean, Halmahera, Kai, dan pulau-pulau lain hingga ke Papua bagian barat. Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Baabullah, sedangkan Kesultanan Tidore di bawah pimpinan Sultan Nuku. Persaingan di antara kedua kesultanan tersebut dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa asing dari Eropa terutama Spanyol dan Portugis dengan cara mengadudombakannya. Tujuannya tidak lain adalah ingin memonopoli daerah rempah-rempah tersebut.

·        Kerajaan Ternate
      Awal Perkembangan Kerajaan Ternate
Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di Maluku juga telah berdiri kerajaan lain, seperti Jaelolo, Tidore, Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan di Maluku, Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang, baik dari Nusantara maupun pedagang asing.
                                                            Kemunduran Kerajaan Ternate   
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.












·       KerajaanTidore
      Awal Perkembangan Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab. Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
      Kemunduran Kerajaan Tidore
Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.





PENUTUP

  Kesimpulan
  Kerajaan Goa Tallo
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini.
Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari Minangkabau. Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari
  Kerajaan Ternate danTidore                                              
Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku.
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island".



DAFTAR PUSTAKA



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar