Makalah
Kerajaan ternate tidore
Di susun oleh :
Enggar Sih Mawarni (01)
Ines Agustiningtyas (14)
Irene Tengku Malinda
(16)
Nanik Wiji Lestari (28)
Ova Sri Lestari (33)
X pm 2
SMK Negeri 1 Ngawi
Tahun Ajaran 2014/2015
Kata pengantar
Puji syukur
kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang
Maha Esa kami dari kelompok 7 yang masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan
tugas makalah ini dengan lancar tidak ada halangan apapun. Penyusunan buku ini
adalah sebagai pengetahuan tentang Kerajaan Ternate Tidore yang berada di
Maluku Utara.
Suatu
kebahagiaan buat kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan dapat
menambanh pengetahuan buat kami untuk mendalami sejarah bangsa indonesia yang
tercinta ini.
Di sisi
lain kami juga berfikir keras untuk menyelesaikan makalah ini dengan senang
hati dan punuh dengan kesabaran kami kerjakan makalan ini dengan sebaik mungkin
sesuai dengan kemampuan kami bersama. Kami berharap dengan membuat makalah ini
bisa bermanfaat untuk teman-teman kami untuk membantu dalam proses belajarnya
dan agar dapat mengetahui sejarah-sejarah dari Kerajaan Ternate Tidore.
Ngawi, 30 maret 2015
Daftar isi
Halama judul.........................................................................................................................................01
Kata
pengantar.....................................................................................................................................02
Daftar isi.................................................................................................................................................03
Pendahuluan :
a. Latar
belakang...............................................................................................................04
b. Tujuan...............................................................................................................................04
Isi :
a. Sejarah
kerajaan ternate tidore.............................................................................05
b. Letak
kerajaan..............................................................................................................06
c. Kehidupan
politik.......................................................................................................07
d. Kehidupan
ekonomi...................................................................................................08
e. Kehidupan
sosial.........................................................................................................08
f.
Kehidupan
budaya.....................................................................................................08
Bangunan kerajaan ternate tidore.............................................................................................09
Perkembangan dan kemunduran
kerajaan ternate............................................................11
Perkembangn dan kemunduran
kerajaan tidore.................................................................12
Penutup :
Kesimpulan
........................................................................................................................13
Daftar pustaka..................................................................................................................................14
Pendahuluan
a. Latar
belakang
Makalah
ini kami buat untuk memenuhi kegiatan pembelajaran sejarah indonesia. Kami mendapatkan
bagian kelompok 7 yang bertemakan Kerajaan Ternate Tidore. Makalah ini di buat
untuk membantu kelancaran dalam pembelajaran kurikulum 2013 untuk mempermudah
para siswa-siswi untuk belajar. Dan makalah ini di buat untuk melatih para
siswa untuk membuat suatu makalah yang sesuai dengan aturan yang telah
ditentukan.
b. Tujuan
1. Menjalankan
tugas sejarah indonesia
2. Menambah
pengetahuan tentang kerajaan Ternate Tidore di Maluku Utara
3. Menambah
nilai
4. Mengetahui
sejarah kerajaan
5. Melatih
kekompakan dalam suatu kelompok
Isi
Kerajaan Ternate Tidore di Maluku Utara
A.
Sejarah kerajaan ternate tidore
Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan
kegiatan perdagangan Pada abad ke-15,
para pedagang dan ulama dari Malaka dan jawa menyebarkan Islam ke sana.
Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha
(Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin
(1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan
Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati dan Kesultanan Bacan yang dipimpin
oleh Sultan Kaicil Buko Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke
Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera Kerajaan Ternate dan Tidore
yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan
yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang
mencoba menguasai Maluku Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing
memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah
penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi
pusat perdagangan rempah-rempah.
Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua),
dikuasai oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian.besar wilayah Maluku, Gorontalo,
dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh.
Kesultanan Ternate Kerajaan Ternat .mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan
Baabullah, sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa
Sultan Nuku Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan.
Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang masing-masing menjadi
pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu:
a.
Uli-Lima (persekutuan
lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan, Seram, Obi dan Ambon.
Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai aman keemasan dan
disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina.
b.
Uli Siwa (persekutuan
sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi Halmahera Jailalo sampai ke
Papua Kerajaan Tidore mencapai jaman keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku
Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang adalah Kesultanan Palembang yang
didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah bagia timur Sumbawa,
dengan rajanya La Ka’i,Siak Sri Indrapura yang didirikan oleh sultan Abdul
Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi Kerajaan Islam kecil lainnya di Indonesia.
B. Letak
Kerajaan
Secara geografis Kerajaan Ternate dan Tidore
memiliki letak yang sangat penting dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua
kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku. Pada masa itu, Kepulauan
Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai
"the Spice Island". Rempah-rempah menjadi komoditi utama dalam dunia
pelayaran perdagangan saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa
yang datang ke daerah Timur bertujuan untuk menemukan sumber rempah-rempah.
Oleh karena itu/ muncullah hasrat untuk menguasai rempah-rempah
tersebut.Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan
masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
C.
Kehidupan Politik
Di Kepulauan Maluku banyak
terdapat kerajaan kecil, di antaranya Kerajaan Ternate sebagai pemimpin Uli
Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau
Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon.
Sementera itu, Kerajaan Tidore
memimpin Uli Siwa, yang berarti persekutuan sembilan bersaudara dengan
wilayahnya mencakup pulau-pulau Makayan, Jahilolo atau Halmahera, dan
pulau-pulau di antara daerah itu sampai dengan Irian Barat.
Ketika bangsa Portugis masuk ke
Maluku, Portugis langsung memihak dan membantu Ternate pada tahun 1521. Hal ini
dikarenakan Portugis mengira Ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol
yang ketika datang di Maluku langsung membantu Tidore. Terjadilah perselisihan
antara kedua bangsa kulit putih tersebut di daerah Maluku. Untuk menyelesaian
perselisihan kedua bangsa itu, Paus turun tangan dan menen-tukan garis batas
wilayah timur melalui Perjanjian Saragosa. Dalam Perjanjian Saragosa dinyatakan
bahwa bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan pindah ke Filipina,
sedangkan Portugis tetap menguasai daerah-daerah di Maluku. Sultan Hairun Untuk
dapat memperkuat kedudukannya di Maluku, Portugis mendirikan benteng yang
diberi nama Benteng Santo Paulo. Namun semakin lama tindakan Portugis semakin
dibenci oleh rakyat dan bahkan oleh para pejabat Kerajaan Temate. Sultan
Hairun, penguasa Ternate, semakin bertambah bend (anti) melihat
tindakan-tindakan dan gerak-gerik bangsa Portugis. Oleh karena itu. Sultan
Hairun secara terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa Portugis.
Sultan Baabullah Dengan kematian
Sultan Hairun, rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan Baabullah (putra Sultan
Hairun), bangkit menentang Portugis. Tahun 1575 M, Portugis dapat dikalahkan
dan diberi kesempatan untuk meninggalkan benteng.
Pada tahun 1578 M, bangsa Portugis juga ingin mendirikan benteng di Ambon, tetapi tidak lama kemudian bangsa Portugis pindah ke daerah Timor Timur dan berkuasa di sana sampai tahun 1976. Sesudah tahun 1976 wilayah Timor Timur berintegrasi ke dalam wilayah Republik Indonesia hingga tahun 1999. Akan tetapi, setelah melalui jejak pendapat 1999, rakyat Timor-Timur memilih merdeka.
Pada tahun 1578 M, bangsa Portugis juga ingin mendirikan benteng di Ambon, tetapi tidak lama kemudian bangsa Portugis pindah ke daerah Timor Timur dan berkuasa di sana sampai tahun 1976. Sesudah tahun 1976 wilayah Timor Timur berintegrasi ke dalam wilayah Republik Indonesia hingga tahun 1999. Akan tetapi, setelah melalui jejak pendapat 1999, rakyat Timor-Timur memilih merdeka.
D.
Kehidupan Ekonomi
Tanah di Kepulauan maluku itu
subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan hasil diantaranya cengkeh
dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah
meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya
perkembangan perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya
persekutuan. Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian
masyarakat.
E.
KehidupanSosial
Kedatangan
bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin perdagangan dan
mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin mengembangkan agama
katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai pijakan yang kuat di
Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus Xaverius.Seperti
sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai
pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan
agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan
antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi maka
pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis
dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa.
Setelah
masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama
Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan
masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin
tertekannya kehidupan rakyat.
Keadaan
ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada kompeni
Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun
perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat
Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul gerakan
menentang Kompeni Belanda.
F.
KehidupanBudaya
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas
perekonomian tampaknya tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk
menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat
Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya
kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore.
Kerajaan Ternate
Pada abad ke-14 M di kawasan Maluku Utara
telah berdiri empat kerajaan terkenal, yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan
Bacan. Masing-masing kerajaan dikepalai oleh seorang kolano. Menurut cerita
rakyat Maluku, keempat kerajaan tersebut berasal dari satu keturunan, yaitu
Jafar Sadik. Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Ternate peranannya lebih
menonjol karena penduduknya bertambah banyak dan berhasil mengembangkan
perdagangan rempah-rempah. Rempah-rempah adalah tanaman yang memiliki zat yang
dapat digunakan untuk member bau atau rasa khusus kepada makanan (menjadi bumbu
masak) dan dimanfaatkan untuk pengobatan serta dapat juga menghangatkan tubuh.
Contoh rempah-rempah, yaitu cengkih dan lada. Pada saat itu, rempah-rempah
umumnya diperlukan bangsa-bangsa Eropa sehingga harganya cukup tinggi dan telah
membuat makmur rakyat di Maluku.
Kemajuan Kesultanan Ternate ternyata membuat
cemburu kerajaan-kerajaan lain di Maluku. Beberapa kali Ternate dan Tidore,
Bacan, dan Jailolo terlibat dalam peperangan memperebutkan hegemoni
rempah-rempah. Akan tetapi, mereka mampu mengakhirinya di dalam perundingan di
Pulau Motir. Dalam Persetujuan Motir ditetapkan Ternate menjadi kerajaan
pertama, Jailolo kedua, Tidore ketiga, dan Bacan yang keempat.
Pada pertengahan abad ke-15 M kegiatan
perdagangan rempah-rempah di Maluku semakin bertambah ramai. Banyak sekali
pedagang Jawa, Melayu, Arab, Cina dan India yang dating ke Maluku untuk membeli
rempah-rempah. Sebaliknya, mereka membawa beras, tenunan, gading, perak,
manic-manik, dan piring mangkuk berwarna biru buatan Cina. Bangsa-bangsa di Maluku
amat membutuhkan barang tersebut, terutama beras karena areal Maluku lebih
banyak digunakan untuk penanaman rempah-rempah daripada penanaman beras.
Kerajaan-kerajaan di Maluku sangat akrab dalam menjalin hubungan ekonomi dengan
para pedagang dari Jawa semenjak zaman Kerajaan Majapahit. Bandar-bandar
seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban sering sekali dikunjungi para pedagang
Maluku. Sebaliknya, pedagang-pedagang dari Jawa datang ke Maluku untuk membeli
rempah-rempah. Hubungan kedua belah pihak ini sangat berpengaruh terhadap
proses penyebaran agama Islam ke Maluku.
Di dalam kitab Sejarah Ternate diterangkan
bahwa Raja Ternate yang pertama kali menganut agama Islam adalah Zainal Abidin
(1465-1486 M). Sultan Zainal Abidin semasa belum masuk Islam bernama Gapi Buta
dan setelah meninggal beliau disebut Sultan Marhum. Raja Tidore yang pertama
kali masuk Islam adalah Cirililiyah yang kemudian berganti nama menjadi Sultan
Jamaluddin.
Ketika Ternate di bawah kekuasaan Sultan Ben
Acorala dan Tidore di bawah Sultan Almancor, keduanya berhasil mengangkat
kerajaan menjadi negeri yang sangat makmur dan sangat kuat. Kedua bangsa ini
memiliki ratusan perahu kora-kora yang digunakan untuk berperang ataupun
mengawasi lautan yang menjadi wilayah dagangnya. Di ibukota Ternate,
yaitu Sampalu banyak didirikan rumah-rumah di atas tiang yang tinggi-tinggi dan
keratin yang dikelilingi pagar-pagar. Begitu juga kota di Tidore yang
dikelilingi pagar tembok, parit, benteng, dan lubang perangkap sehingga sukar
untuk ditembus musuh. Ternyata, kemajuan kedua kesultanan tersebut menjurus
kepada perebutan pengaruh dan kekuasaan terhadap daerah di sekitarnya. Oleh
karena itu, dalam abad ke-17 M muncullah dua buah persekutuan yang terkenal
dengan sebutan Uli Lima danUli Siwa. Persekutuan Uli Lima dipimpin oleh Ternate
dengan anggota Ambon, Bacan, Obi, dan Seram. Persekutuan Uli Siwa dipimpin oleh
Tidore dengan anggota yang mencakup Makean, Halmahera, Kai, dan pulau-pulau
lain hingga ke Papua bagian barat. Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh
Sultan Baabullah, sedangkan Kesultanan Tidore di bawah pimpinan Sultan Nuku.
Persaingan di antara kedua kesultanan tersebut dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa
asing dari Eropa terutama Spanyol dan Portugis dengan cara mengadudombakannya.
Tujuannya tidak lain adalah ingin memonopoli daerah rempah-rempah tersebut.
·
Kerajaan Ternate
Pada abad
ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan Ternate
terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan
Ternate, di Maluku juga telah berdiri kerajaan lain, seperti Jaelolo, Tidore, Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan di
Maluku, Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan Ternate banyak dikunjungi
oleh pedagang, baik dari Nusantara maupun pedagang asing.
Kemunduran
Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Tidore yang
dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk
memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan
Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol,
mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar
Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang
dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
·
KerajaanTidore
Kerajaan
tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate
dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad
Naqal yang naik tahta pada
tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang
dibawa oleh Ciriliyah,
Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat
dakwah Syekh Mansur dari Arab. Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada
masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat
menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu
Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu,
Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang
cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak
diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga
kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas,
meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua.
Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal
Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
Kemunduran
Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Ternate yang
dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk
memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan
Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka
kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan
Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk
Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
PENUTUP
Kesimpulan
Kerajaan Goa Tallo
Kesultanan
Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling
sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini
berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat
Sulawesi. Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal
dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat
kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata,
Bissei, Sero dan Kalili. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut,
kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari
Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk
Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini.
Setahun
kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang
berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib
Tunggal yang berasal dari Minangkabau. Makasar
mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 –
1669). Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia
Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat
anti kepada dominasi asing. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin
memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di
Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan
Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan
dari
Kerajaan
Ternate danTidore
Kerajaan
Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia perdagangan
pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku.
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island".
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island".
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar